TumbuhnyaBunga ini selalu di tempat ketinggian atau diatas Gunung yang ketinggian di antara 800 MDPL sampai ke Ketinggian 3.500 MDPL, apabila kita applikasikan dengan sikap hidup dan akhlak dalam kehidupan yaitu ; Gunung itu bentuk keagungan sikap pribadi diri kita yang peka akan Alam itu sendiri, ketinggian juga melambangkan dari sikat yang
Asalusul gunung bromo b. Fabel, sage, legenda, mite, epos, dan cerita jenaka. 19.10 bahasa jawa, cerita bahasa jawa, cerita lucu bahasa jawa no comments. Daftar isi buku cerita rakyat asal mula. (1) gunung bromo salah sawijining obyek wisata ing jawa timur sing nengsemake para wisatawan dhomestik lan wisatawan saka manca negara. Banjur
GunungBromo atau "Brahma" memiliki ketinggian 2.329 Mdpl, berada di Jawa Timur dan merupakan gunung yang terhampar di kawasan Komplek Pegunungan Tengger. Gunung ini juga di sebut Kaldera Tengger merupakan sebuah gunung berapi aktif yang memiliki garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat) dan berada di lautan
Pandanganberikutnya menyatakan bahwa istilah "tengger" berasal dari kalimat. Legenda gunung bromo, asal mula tengger dan tradisi kasadha daerahkita 17/10/2020 dikisahkan pada suatu ketika seorang raja majapahit meninggalkan negerinya dan membangun sebuah dusun di lereng gunung bromo bersama beberapa orang pengikutnya yang.
Ngomongngomong soal bromo, asal mula kenapa dinamakan bromo. Gunung bromo sendiri berasal dari bahasa sanskerta. Di ambil dari seorang dewa utama di dalam agama hindu yang bernama brahma. Dan dalam bahasa tengger di edja dengan sebutaan brama.Bromo adalah gunung berapi yang masih aktif di jawa timur Indonesia. Gunung bromo sendiri memiliki
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. Mengusut tuntas tentang cerita dan serta asal-usul suku tengger Bromo. kali ini Travel Bromo akan merangkum sebuah kisah nyata yang di ambil dari rakyat suku tengger Bromo sendiri, dengan banyaknya versi untuk Sejarah Bromo ini sehingga kami dapatkan sebuah kisah tentang Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Asal Mula Suku Tengger. Gunung Bromo dpl merupakan gunung merapi yang masih aktif sehingga memiliki kawah yang juga sangat mempesona untuk dilihat. Kawah ini memiliki diameter kurang lebih 800 meter Utara-Selatan dan 600 meter timur-barat. Untuk bisa menikmati pemandangan kawah ini dari dekat, anda bisa berjalan kaki atau naik kuda. Lalu, anda akan menaiki anak tangga yang berjumlah 250. Barulah anda bisa sampai ke dekat kawah dan menikmati langsung pesonanya. Dahulu kala berdasarkan cerita rakyat suku tengger gunung Bromo berasal dari Gunung Tengger dengan ketinggian dpl, sebuah gunung tertinggi di masanya setelah gunung Semeru dpl. Karena seringnya terjadi letusan kecil yang akhirnya menjadi sebuah letusan dahsyat sehingga menciptakan kaldera dengan diameter lebih dari 8km. Akibat letusan tersebut, muncul gunung-gunung baru seperti Gunung Bromo, Widodaren, watangan, Kursi, dan Gunung Batok yang bisa anda lihat sampai saat ini. Lalu untuk legenda gunung Bromo sendiri di ceritakan pada dahulu kala ketika dewa dewi senang turun kedunia, kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah dan mencari tempat pengungsian. Pada saat itulah dewa mulai menuju ke sebuah tempat di sekitar kawasan gunung bromo. Di Gunung bromo ini masih dalam ke’adaan tenang, tegak di selimuti kabut putih. Para Dewa yang mendatangi tempat di sekitar gunung bromo bersemayam di lereng gunung Penanjakan, di tempat itulah dapat terlihat matahari dari timur yang begitu indah dan matahari itu pun tenggelam di sebelah barat. Di sekitar gunung penanjakan, tempat para dewa bersemayam, terdapat pula tempat pertapa tersebut. Dan kegiatannya nya tiap hari hanyalah memuja dan mengheningkan cipta. Suatu ketika hari yang berbahagia, seorang istri itu melahirkan seorang anak laki-laki yang di beri nama JOKO SEGER anak ini mempunyai wajah yang tampan, cahayanya terang. Benar-benar anak yang lahir sperti titisan dewa yang suci. Sejak di lahirkan, anak tersebut menampakkan kesehatan dan kekuatan yang luar biasa. JOKO SEGER sendiri mempunyai arti yang sehat dan kuat. Di tempat sekitar Gunung penanjakan, lahir juga bayi perempuan yang di beri nama RORO ANTENG, anak ini mempunyai wajah yang cantik dan elok. RORO ANTENG adalah satu-satunya nya anak yang paling cantik di tempat itu di kawasan gunug bromo. Dari hari ke hari tubuh RARA ANTENG tumbuh besar dan tampak begitu cantik saat ia menjadi dewasa. Banyak putra raja melamarnya. Namun pinangannya di tolak. Karena RARA ANTENG terpikat oleh kegantengan si JOKO SEGER. Kedatangan Pembajak Sakti ke kawasan Bromo Sejarah gunung Bromo berlanjut ketika suatu hari RARA ANTENG akan dipinang oleh seorang pembajak yang sangat jahat tidak hanya Jahat Pembajak itu begitu Sakti mandraguna. RARA ANTENG yang terkenal halus persaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar sakti. Maka ia minta supaya di buatkan lautan di tengah-tengah gunung bromo. Dengan permintaan yang aneh dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaanya. Lautan yang diminta itu harus di buat sehari semalam. tidak banyak mikir kemudia Pembajak sakti itu lalu menyanggupi permintaan RARA ANTENG Tersebut. Pelamar sakti itu memulai pekerjaannya dengan alat sebuah tempurung kelapa atau di sebut Batok Kelapa, dengan menggunakan segenap kesaktiannya pekerja’an itu hampir selesai. RARA Anteng pun mulai gelisah. Dia takut orang yang tidak ia cintai malah akan menikah dengan si Pembajak Sakti itu. Lalu timbullah pikiran untuk menggagalkan pekerjaan pembajak sakti itu. Kemudian timbullah ide cerdik, ketika itu RARA ANTENG mengajak masyarakat khususnya para ibu-ibu untuk menumbuk padi tengah malam untuk membangunkan ayam yang sedang tertidur. Kokok ayam pun sambil bersahutan. Seolah fajar telah tiba. Pembajak Sakti itu mendengar suara kokok ayam di kiranya hari sudah fajar. Dengan kesal ia melempar batok kelapa itu dan jatuh di samping gunung bromo, batok tersebut berubah menjadi gunung yang bernama gunung Batok. Pernikahan Joko Seger dan Roro Anteng Mendengar kalau pembajak gagal dengan permintaanya, suka citalah ia dan bisa tersenyum manis. Dan melanjutkan hubungannya dengan si JOKO SEGER, dan hingga pada akhirnya merekapun menjadi sepasang suami istri yang berbahagia. Di balik rumah tangga mereka. Ternyata. RORO ANTENG tidak di karunia keturunan. Bersemedi lah RORO ANTENG di puncak gunung bromo. Dan memohon kepada sang penguasa. Sang penguasa mengabulkan permintaanya. Dengan syarat, apabila ia mendapat keturunan, anak bungsu mereka harus di korbankan. RARA ANTENG menyanggupi persyaratan itu. Kemudian di dapatinya putra putri mereka berjumlah 25 anak. Namun seperti yang kita ketahui jika naluri seorang ibu tidak lah tega membiarkan anak-anaknya menjadi korban. Sehingga ia melanggar perjanjian dengan dewa penguasa. Dewa menjadi marah dan terjadilah malapetaka di tempat itu. Gunung Bromo mulai melahap ke semua anak-anak roro anteng dengan api yang menyala ke dalam kawah. Baca juga 5 Makanan Khas Gunung Bromo Paling Enak Sesudah kejadian itu, terdengar lah suara gaib terdengar begitu keras yaitu saudara-saudaraku yang ku cintai, kita telah di korbankan oleh orang tua kita dan hyang widi di kawah bromo. Aku ingat kan kepada kalian. Setiap bulan kesada pada hari ke-14 mengadakan sesajian kepada hyang widi di kawah gunung bromo. Kebiasaan itu yaitu Upacara adat Nyadnya Kasada / kasodo selalu di adakan secara turun menurun setiap tahunnya di adakan di poten lautan pasir dan bromo. Sejarah Gunung Bromo dan Legenda Asal Mula Suku Tengger Begitulah Sejarah dan legenda Gunung Bromo yang sampai ini menjadi budaya bangsa, semoga cerita rakyat suku tengger ini menjadi sebuah cerita yang bermanfa’at untuk para pembaca.
Wisata Gunung Bromo Jawa Timur adalah salah satu tempat wisata di Indonesia yang menjadi favorit bagi wisatawan baik dalam negri maupun dari luar negri. Tidak hanya pemandangan matahari terbitnya saja yang menjadi daya tari utama gunung Bromo, namun ada banyak seklai tempat wisata di sekitar Bromo yang jarang di explore oleh wisatawan. Uniknya, beragam tempat wisata ini untuk mengunjunginya membutuhkan kendaraan tipe 4 wd yaitu land cruiser, hartop atau jeep toyota. Tempat – tempat wisata menarik di Bromo ini sering kali terlewatkan karena umumnya pengunjung hanya mengunjungi 4 lokasi umum saja misalnya ke Gunung Penanjakan untuk melihat sunrise, kawah bromo , padang rumput savanah da bukit teletubies. Kali ini saya akan membuatkan artikel lengkap tempat dan obyek wisata yang wajib anda kunjungi jika berlibur ke Gunung Bromo. Sayang sekali Anda sudah jauh-jauh hari memilih liburan ke Bromo namun banyak tempat wisata yang anda lewatkan. Daftar tempat wisata di Bromo yang wajib anda Singgahi 1. Penanjakan 1Penanjakan 1 adalah sebuah tempat tertinggi di kawasan Taman Nasional Bromo ,. Merupakan lokasi untuk melihat keindahan matahari terbit atau view point sunrise. Terletak di sebelah barat dari pegunungan tengger dan untuk mencapai Gunung Penanjakan 1 ini pengunjung wajib menggunakan kendaraan jeep atau hartop mengingat akses kesini cukup banyak tikungan tajam dan curam. Alternatifnya jika tidak menyewa hartop menggunakan sepeda motor namun jangan pakai kendaran matic. Selain itu untuk berangkat ke Penanjakan 1 ini harus lebih awal yaitu sekitar jam 3 dini hari,usahakan jangan sampai terlambat karena view point terbaik di Bromo ini merupakan spot yang di favoritkan pengunjung untuk melihat keindahan matahari terbit dari Bromo di bandingkan dengan Penanjakan Penanjakan 2Gunung Penanjakan 2 adalah salah satu alternatif untuk melihat keindahan matahari terbit di Bromo, Anda yang pergi ke Bromo melalui rute probolinggo bisa memilih alternatif Bukit Penanjakan 2 atau View Point Seruni untuk menyongsong matahri terbit. Walaupun lokasinya lebih rendah dari Penanjakan 1 namun pemandangan juga tidak kalah menariknya. Untuk kesini tidak membutuhkan sewah kendaraan jeep. Karena bisa mudah di akses kendaran roda 2 maupun roda 4 biasa. Pada Bulan bulan tertentu seperti september sampai bulan mei musim hujan penanjakan 2 ini meiliki pemandangan sangat indah, lokasi munculnya matahari terbit tepat di arah timur pengunjung. Namun jika sudah memasuki musim kemarau sunrise terjadi agak lambat , dan saya sarankan untuk berpindah ke spot penanjakan Padang Rumput SavanaPadang Rumput Savana Bromo,sebuah tempat yang terletak di selatan timur Gunung Bromo, terletak pada sebuah lembah hijau yang di kelilingi tebing-tebing menjulang tinggi dan beberapa punggungan gunung gunungkecil. Padang Rumput Bromo ini sangat luas yang sangat luas, jika anda datang ke Savanah anda akan merasakan seolah-olah tidak berada di Gunung sekali! karena jalur mencapai savana adalah Lautan Pasir yang gersang, namun saat memasuki padang rimput ini ini anda akan disuguhi oleh pemandangan yang meng hijau di kelilingi bukit bukut yang menambah indahnya tempat wisata ini. Terletak di lembah jemplang, akses termudah untuk kesini jika memakai kendaraan biasa atau sepeda motor adalah via Malang atau via lumajang. 4. Bukit MentigenSelain Penanjakan 1 dan penanjakan 2 di atas, alternatif ke tiga untuk spot view sunrise adaah dari bukit mentigen. Disini pengunjung cukup jalan kaki saja dari area penginapan / homestay / villa atau hotel di daerah cemara lawang probolinggo. Walaupun bikitnya tidak terlalu tinggi namun bisa menjadi alternatif terbaik kalau berangakat ke Bromo ala backpacker, tidak membawa kendaraan sendiri baik roda 4 maupun roda kakinya puntidak jauh dari cemara lawang. Lokasi tepatnya di timur hotel Lava View Bukit TeletubiesTidak lengkap rasanya jika berlibur ke Gunung Bromo tanpa mengunjungi Bukit Teletubies. Berlokasi di selatan Gunung Bromo dan satu jalur untuk menuju Padang Rumput Savana. Merupakan gunungan gunungan kecil yang sangat indah yang di tumbuhi rerumputan khas pegunungan seolah-olah membawa anda berasa masuk film teletubis. Maka tidak salah jika masanrakat suku tengger sekitar menyebutnya sebagai Bukit Teletubies. 6. Air Terjun MadakaripuraAir Terjun Madakaripura merupakan salah satu tempat wisata yang berada di kawasan gunung bromo, tepatnya di Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo, untuk mencapai tempat wisata ini bisa dilakukan dari arah probolinggo tongas ke gunung bromo, akses perjalanan sudah bagus untuk dilalui kendaraan roda 4 maupun roda 2. Dengan harga tiket masuk yang murah wisatawan bisa disuguhi pemandangan yang sangant Terjun Madakaripura memiliki ketinggian sekitar 200 meter. Tepat berada di bawah kaki Gunung Bromo tempat ini memiliki banyak pengunjung, pengujung yang datang ke tempat ini tidak hanya dari wisatawan lokal tetapi banyak juga wisatwan asing yang berkunjung ke B 29 ArgosariB 29 Argosari ini adalah salah satu spot camping di Bromo yang favorit. Destinasi wisata yang satu ini memang cukup asing bagi pengunjung Bromo. Tempat ini merupakan puncak yang paling tinggi di kawasan Wisata Gunung Bromo, lebih tinggi dari penajkan 1. Sehingga udara dingin dengan pemandangan yang sangat indah serta ditambah hamparan tumbuhan khas dari dataran tinggi membuat kawasan wisata ini sangat sayang untuk dari wisata ini berada di daerah desa Argosari, kec. Senduro kira – kira 40 Km dari kota Lumajang. Untuk menuju ke B 29 ini akses termudah adalah melalui Senduro Lumajang jalur selatan, namun anda bisa memakai jasa sewa hartop lewat pegunungan timurnya kecamatan SUkapura. Bagi yang hobi motor cross sangat cocok sekali adventure ke tempat ini, selain medan menantang khas pegunungan, tentu saja pemandangan sepanjang rute yang sangat alami akan menghiasi perjalaan Bromo Milky WayBromo milky way hanya bisa di dapatkan saat malam hari, yaitu dengan pergi ke spot-spot tertentu yang cocok untuk hunting photography gugusan bintang ini di malam hari. Jangan lupa persiapkan kamera yang bagus jika tertarik melihat bromo milky way ini. Alasan kenapa bromo milky way ini sangat menarik dan sempurna adalah karena salah satu syarat untuk mendapat milky way terbaik adalah jauh dari sorot lampu kota atau dalam keadaan gelap sempurna, tanpa awan mendung dan perhitungan yang tepat untuk berburu milky way harus memakai software stellariumBromo Milky Way baru trend sekitar tahun 2013 – 2014, sejak seorang turis asing upload di youtube keindahan milky way dari Gunung Bromo. Sejak itulah para pecinta fotography dari berbagai belahan dunia pun ikut berburu foto galaksi bima sakti dari gunung Bromo. Waktu terbaik untuk hunting bromo milky way adalah pada musim kemarau, yaitu mulai bulan mei sampai bulan september, karena langit akan sangat cerah seiring dengan musim Pasir BerbisikPasir Berbisik adalah salah satu lokasi yang berada di area lautan pasir bromo selain dari Penanjakan, Kawah Gunung Bromo dan Padang Savana, awal mula dari pasir berbisik ini adalah tempat di mana lautan pasir yang memiliki suara desisan angin yang khas saat ada terpaan angin. Dari sinilah masarakat sekitar atau wisatawan menyebut tempat ini dengan Pasir berbisik atau Lautan Pasir ini tidak dimiliki oleh gunung berapi manapun kecuali hanya satu yitu Gunung Bromo. Pemandangan yang mempesona di Gunung Bromo ini selain bisa melihat hamparan lautan pasir juga terselip pemandangan lereng-lereng kalendra sebagai pembatas lautan pasir dengan hutan gunung bromo sebagai pelengkap keindahan di mata kita. “ “Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.” ”
Kali ini saya menulis tentang sejarah atau asal mula Gunung Bromo. Banyak wisatawan yang kurang mengetahui asal mu-asal tempat yang dikunjunginya, oleh sebab itu di sini saya memaparkan cerita rakyat menurut warga sekitar tentang asal mula Gunung Bromo. langsung aja ke cerita yuk Berdasarkan cerita sejarah dan legenda bahwasanya Gunung Bromo berasal dari nama Brahma yaitu Gunung yang dianggap Suci oleh masyarakat suku tengger. Kemudian orang jawa menyebutnya Gunung Bromo. Suku tengger adalah masyarakat asli yang berada di kawasan kaki gunung bromo semeru yang berasal dari penduduk pribumi kerajaan majapahit. Sejarah Gunung Bromo Pada zaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah sehingga penduduk pribumi kerajaan majapahit melarikan diri untuk mencari tempat tinggal baru demi keselamatan hidup mereka dan pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yaitu pertama menuju kawasan gunung bromo dan yang kedua menuju Pulau Bali. Karena berasal dari lokasi yang sama sehingga ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan akan budaya, agama, adat istiadat yaitu menganut kepercayaan agama Hindu. Masyarakat Suku Tengger yang ada di kawasan Gunung Bromo berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo. Itulah sejarah dan legenda terbentuknya gunung bromo purba. Asal Usul Suku Tengger Asal usul Suku Tengger berasal dari cerita rakyat atau legenda ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” .Dari sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama ” Joko Seger “. Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai “Rara Anteng”. Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger. Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut. Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung batok kelapa dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu. Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi. Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi dan pada akhirnya Tempurung Batok kelapa yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara Anteng dan Joko Seger menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai. Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Misteri Gunung Bromo Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo . Pada masa itu berdasarkan cerita sejarah dan legenda bahwasanya Gunung Bromo berasal dari nama Brahma yaitu Gunung yang dianggap Suci oleh masyarakat suku tengger. Kemudian orang jawa menyebutnya Gunung Bromo. Suku tengger adalah masyarakat asli yang berada di kawasan kaki gunung bromo semeru yang berasal dari penduduk pribumi kerajaan majapahit. Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo Purba Pada zaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah sehingga penduduk pribumi kerajaan majapahit melarikan diri untuk mencari tempat tinggal baru demi keselamatan hidup mereka dan pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yaitu pertama menuju kawasan gunung bromo dan yang kedua menuju Pulau Bali. Karena berasal dari lokasi yang sama sehingga ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan akan budaya, agama, adat istiadat yaitu menganut kepercayaan agama Hindu. Masyarakat Suku Tengger yang ada di kawasan Gunung Bromo berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo. Itulah sejarah dan legenda terbentuknya gunung bromo purba. Cerita Asal Usul Suku Tengger. Asal usul Suku Tengger berasal dari cerita rakyat atau legenda ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” .Dari sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama ” Joko Seger “. Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai “Rara Anteng”. Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger. Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut. Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung batok kelapa dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu. Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi. Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi dan pada akhirnya Tempurung Batok kelapa yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara Anteng dan Joko Seger menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai. Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Misteri Gunung Bromo Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib ”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi dan di persambahkan kepada Hyang Widi asa di kawah Gunung Bromo. sampai sekarang kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo. Larangan Di Gunung Bromo Gunung Bromo begitu mempesona sehingga banyak para wisatawan dari berbagai negara tertarik untuk bisa menikmati keindahan alamnya. Namun untuk sahabat yang akan berlibur ke gunung bromo harus tahu larangan apa saja yang harus ditaati ketika pergi ke bromo. Dilarang Melangkahi Pawon Menurut kepercayaan masyarakat Tengger, seseorang dilarang melangkahi pawon. Pawon sendiri merupakan alat untuk memasak dalam budaya Suku Tengger. Jika seseorang melangkahi pawon, dia diyakini akan kehilangan jodohnya atau jodohnya akan direbut oleh orang lain. Membawa pulang batu bata dari Gunung Bromo Larangan ini juga patut sahabat ketahui karena jika tidak, itu bisa berakibat buruk pada diri sahabat. Ketika sahabat berwisata ke Gunung Bromo, jangan coba-coba membawa pulang batu bata dari tempat tersebut. Jika sahabat melakukannya, penghuni Bromo’ diyakini akan marah dan dapat membawa nasib buruk bagimu. Kencing menghadap Gunung Bromo Meski terdengar absurd, sahabat nggak boleh buang air menghadap ke arah Gunung Bromo. Hal ini dipercaya akan membawa nasib buruk bagi pelakunya, karena aktivitas itu dinilai melecehkan penghuni’ Gunung Bromo. Bertindak atau berkata kotor saat masuk Pura Datang ke Bromo belum lengkap jika belum mampir ke Pura Luhur Poten. Tapi ingat, jika sahabat ingin berkunjung ke pura ini, dilarang keras untuk melakukan tindakan ataupun bertutur yang nggak pantas. Wanita yang sedang haid dilarang masuk Pura Selain tidak diperkenankan untuk bertindak, berbicara, atau berpikir hal yang nggak pantas di dalam pura, wanita yang sedang haid juga dilarang untuk masuk ke area suci tersebut. Jadi, jika sahabat sedang dalam kondisi tersebut, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk masuk. Begitulah Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” menjadi cerita rakyat yang membudaya bagi masyarakat suku tengger di kawasan gunung bromo. Cerita tentang Sejarah Dan Legenda Wisata Gunung Bromo dengan peran ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” sangat populer bagi wisatawan Liburan Ke Bromo.
17/10/2020Dikisahkan pada suatu ketika seorang Raja Majapahit meninggalkan negerinya dan membangun sebuah dusun di lereng Gunung Bromo bersama beberapa orang pengikutnya yang setia, setelah kalah berperang melawan putranya sendiri. Di tempat tinggalnya yang baru itu istri sang raja kemudian melahirkan seorang bayi perempuan. Buah hati yang mereka nanti-nantikan itu lahir ke dunia di tengah malam buta. Namun berbeda dengan bayi lainnya, sang buah hati tidak menangis ketika dilahirkan. Sang istri sempat risau, tetapi mantan Raja Majapahit menenangkannya. "Jangan khawatir, Dinda!" kata mantan Raja Majapahit pada istrinya. "Putri kita ini lahir dengan keadaan sehat badannya, tidak kurang sesuatu apapun. Wajah putri kita juga tampak bersinar bagaikan seorang titisan dewi,” ujarnya kemudian sambil menimang-nimang bayinya yang mungil itu di depan istrinya. Pasangan suami-istri yang berbahagia itu pun memberi nama bayinya Roro Anteng, yang berarti seorang perempuan yang pendiam atau tenang. Nama yang mencerminkan sifat sang bayi. Di waktu yang hampir bersamaan, tidak jauh dari rumah Roro Anteng dilahirkan, juga lahir seorang bayi laki-laki dari pasangan suami-istri brahmana atau pendeta. Suara tangis bayi yang baru lahir itu sangat keras sehingga memecah kesunyian malam di lereng Gunung Bromo itu. Bayi itu tampak sehat dan montok. Oleh kedua orang tuanya, bayi itu diberi nama Joko Seger, yang berarti seorang laki-laki yang berbadan segar atau sehat. Seiring berjalannya waktu, kedua bayi itu pun tumbuh menjadi dewasa. Joko Seger tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan tampan, sedangkan Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang cantik nan rupawan. Berita tentang kecantikan Roro Anteng pun tersebar hingga ke mana-mana dan menjadi pujaan setiap pemuda. Sudah banyak pemuda yang datang meminangnya, namun tak satu pun yang diterimanya. Rupanya, putri mantan Raja Majapahit itu telah menjalin hubungan kasih dengan Joko Seger dan cintanya tidak akan berpaling kepada orang lain. Apalagi ayahanda Roro Anteng, walaupun dari golongan bangsawan tapi bisa menerima Joko Seger yang bukan seorang bangsawan untuk menjadi calon menantunya. Namun kemudian muncul masalah, yaitu ketika akhirnya kabar tentang kecantikan Roro Anteng sampai ke telinga sesosok raksasa yang tinggal di hutan di sekitar lereng Gunung Bromo. Raksasa yang menyerupai badak itu bernama Kyai Bima. Ia sangat sakti dan kejam. Begitu mendengar kabar tersebut, Kyai Bima pun segera datang meminang Roro Anteng. Jika keinginannya tidak dituruti, maka ia akan membinasakan dusun itu dan seluruh isinya. Hal itulah yang membuat Roro Anteng dan keluarganya kebingungan untuk menolak pinangannya. Sementara Joko Seger pun tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak mampu menandingi kesaktian raksasa itu. Setelah sejenak berpikir keras, akhirnya Roro Anteng menemukan sebuah cara untuk menolak pinangan Kyai Bima secara halus. Dia akan mengajukan satu persyaratan yang kira-kira tidak sanggup dipenuhi oleh raksasa itu. "Baiklah, Kyai Bima! Aku akan menerima pinanganmu, tapi kamu harus memenuhi satu syarat," ujar Roro Anteng. "Apakah syarat itu! Cepat katakan!" seru Kyai Bima dengan nada membentak. Mendengar seruan itu, Roro Anteng menjadi gugup. Namun, ia berusaha tetap bersikap tenang untuk menghilangkan rasa gugupnya. "Buatkan aku danau di atas Gunung Bromo itu! Jika kamu sanggup menyelesaikannya dalam waktu semalam, aku akan menerima pinanganmu," ujar Roro Anteng. Dengan penuh percaya diri dan berbekal kesaktian yang dimilikinya, Kyai Bima menyanggupi persyaratan itu dan menganggap bahwa persyaratan itu sangatlah mudah baginya. "Hanya itukah permintaanmu, wahai Roro Anteng?" tanya raksasa itu dengan nada angkuh. "Iya, hanya itu. Tapi ingat, danau itu harus selesai sebelum ayam berkokok!" seru Roro Anteng mengingatkan raksasa itu. Mendengar jawaban Roro Anteng, raksasa itu tertawa terbahak-bahak, lalu bergegas pergi ke puncak Gunung Bromo. Setibanya di sana, ia pun mulai mengeruk tanah dengan menggunakan batok tempurung kelapa yang sangat besar. Hanya beberapa kali kerukan, ia telah berhasil membuat lubang besar. Ia terus mengeruk tanah di atas gunung itu tanpa mengenal lelah. Roro Anteng pun mulai cemas. Ketika hari menjelang pagi, pembuatan danau itu hampir selesai, tinggal beberapa kali kerukan lagi. "Aduh, celakalah aku!" ucap Roro Anteng cemas, "raksasa itu benar-benar sakti. Apa yang harus kulakukan untuk menghentikan pekerjaannya?" Roro Anteng kembali berpikir keras. Akhirnya ia memutuskan untuk membangunkan seluruh keluarga dan tetangganya. Kaum laki-laki diperintahkan untuk membakar jerami, sedangkan kaum perempuan diperintahkan untuk menumbuk padi. Tak berapa lama kemudian, cahaya kemerah-merahan pun mulai tampak dari arah timur. Suara lesung terdengar bertalu-talu, dan kemudian disusul suara ayam jantan berkokok bersahut-sahutan. Mengetahui tanda-tanda datangnya waktu pagi tersebut, Kyai Bima tersentak kaget dan segera menghentikan pekerjaannya membuat danau yang sudah hampir selesai itu. "Sungguh sial!" seru raksasa itu dengan kesal, "rupanya hari sudah pagi. Aku gagal mempersunting Roro Anteng." Saat Kyai Bima meninggalkan puncak Gunung Bromo, tempurung kelapa yang masih dipegangnya segera dilemparkannya. Konon, tempurung kelapa itu jatuh tertelungkup dan kemudian menjelma menjadi sebuah gunung yang dinamakan Gunung Batok. Jalan yang dilalui raksasa itu menjadi sebuah sungai dan hingga kini masih terlihat di hutan pasir Gunung Batok. Sementara danau yang gagal dibuat oleh Kyai Bima sekarang dikenal dengan sebutan Segara Wedi atau lautan pasir yang masih bisa dikunjungi hingga kini di kawasan Gunung Bromo. Betapa senangnya hati Roro Anteng dan keluarganya melihat raksasa itu pergi. Tak berapa lama kemudian, Roro Anteng pun menikah dengan Joko Seger. Setelah itu, Joko Seger dan Roro Anteng membuka desa baru yang diberi nama Tengger. Nama desa itu diambil dari gabungan akhiran nama Anteng Teng dan Seger Ger. Mereka pun hidup berbahagia di sana. Di bawah kepemimpinan Joko Seger dan Roro Anteng, para penduduk hidup aman dan tenteram. Mereka menjauhi pengaruh luar. Namun, setelah sekian lama menikah, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Akhirnya, keduanya bersemedi di puncak Gunung Bromo. Mereka meminta kepada Dewata agar dikaruniai keturunan. Tidak lama kemudian terdengar suara gemuruh dan percikan api yang berasal dari dalam kepundan Gunung Bromo. "Istriku, dengarlah! Sepertinya Dewata mengabulkan permohonan kita. Terima kasih Dewata Yang Agung. Kelak anak bungsuku akan kupersembahkan untukmu sebagai ucapan terima kasihku," ucap Joko Tengger dengan senang hati. Karena terlalu senang, ucapan janji yang dikatakanya tidak dipikirkannya terlebih dahulu. Joko Seger yang terlalu gegabah tidak menyadari bahwa janjinya akan sulit dipenuhi. "Suamiku, apa yang kau ucapkan? Kita tidak akan mungkin tega mengorbankan anak kandung kita untuk dijadikan persembahan!" "Maafkan aku. Karena terlalu senang, aku tidak berpikir jernih ketika mengucapkannya. Tapi aku juga tidak bisa menarik kembali kata-kataku kepada Dewata. Dewata bisa marah kepada kita," katanya kembali. Tahun berganti tahun, keinginan Joko Seger dan Roro Anteng terkabul. Mereka akhirnya dikaruniai sepuluh orang anak. Setelah anak yang ke sepuluh, mereka tidak lagi dikaruniai anak. Oleh karena itu, anak ke sepuluh tersebut dianggap sebagai anak yang paling bungsu. Anak itu bernama Kesuma. Setelah sekian lama, anak-anak mereka tumbuh dewasa. Joko Seger dan Roro Anteng belum juga melaksanakan janji yang pernah diucapkan. Hidup mereka menjadi tidak tenang. Suatu hari, muncul peristiwa dahsyat yang mengejutkan seluruh penduduk Tengger. Gunung Bromo yang dikeramatkan meletus. Gunung tersebut mengeluarkan asap hitam dan lahar. Penduduk Tengger panik dan segera mengungsi. Hanya Joko Tengger dan keluarganya yang tetap bertahan di daerah itu. Meskipun mereka menyadari bahaya yang dapat menimpa, mereka mencoba bertahan. "Istriku, sepertinya Dewata benar-benar menagih janji kita," ucap Joko Seger lirih. Kegundahan suami istri itu menimbulkan pertanyaan dari anak-anak mereka. "Ada apakah gerangan ayah dan ibu sangat cemas? Jika mereka takut akan gunung meletus, pastinya mereka telah mengungsi sejak kemarin," pikir anak-anak mereka. Akhirnya Joko Seger dan Roro Anteng menceritakan kejadian beberapa tahun silam kepada anak-anaknya. Mendengar cerita itu, anak-anaknya sangat sedih. Karena untuk melaksanakan janji kedua orangtuanya, mereka harus kehilangan adik bungsunya. Namun, jika kedua orangtuanya tidak melaksanakan janji tersebut, Dewata pasti akan marah dapat mencelakai seluruh penduduk Tengger. Bagaikan makan buah simalakama, tidak seorang pun dari anak-anak mereka yang berani bicara. Tiba-tiba saja si bungsu Kesuma berkata, "Ayah, ibu, dan kakak-kakakku tercinta, relakan aku pergi. Semoga Dewata menerima pengorbananku." Tentu saja perkataannya membuat semua keluarga kaget dan sedih. Mereka tidak ingin kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Tapi, janji harus ditepati demi ketenteraman rakyat Tengger. "Aku hanya berpesan kepada kalian agar mengingat kepergianku. Kirimlah hasil ladang dan ternak kalian ke kawah Bromo setiap terang bulan, tanggal 14 bulan Kasadha," ucap Kesuma. Setelah berpamitan kepada keluarganya, pergilah Kesuma ke puncak Gunung Bromo. Tidak ada rasa takut yang tampak dari wajahnya. Dengan berani, ia menceburkan diri ke dalam kawah Bromo. Setelah pengorbanan tersebut, Gunung Bromo tampak tenang. Mereka menganggap bahwa Dewata sudah tidak marah lagi. Semenjak kejadian itu, tradisi mengirim hasil ladang dan ternak ke dalam kawah Bromo masih tetap berlangsung sampai sekarang. Tradisi yang dilaksanakan tiap tahun pada bulan Jawa Asyuro Suro ini kemudian dinamakan Kasadha. Pesan moral Janji adalah utang. Oleh karena itu, jangan pernah mengucapkan janji yang tidak bisa kita tepati.
Kawah Bromo mengepulkan asap putih, berdampingan dengan Gunung Batok, berlatar Gunung Semeru merupakan pemandangan umum yang diambil dari Gunung Pananjakan. Dari trek ini pula, Martolo 62th, warga Dusun Wonosari, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mencari rumput siang itu. Dari jauhan, tampak kawah Bromo, puncak Gunung Bromo, mengeluarkan asap tebal, berwarna kelabu. “Bromo “belum sehat”, wisata dialihkan. Tapi kami aman,” kata Martolo. Ia dan masyarakat yang bermukim di sekitar Bromo sudah terbiasa dengan aktivitas Bromo. Menurut kepercayaan Suku Tengger, ketika Bromo sedang erupsi takkan melukai. Bromo sedang “bekerja”, melakukan sesuatu di bawah sana, sehingga wajar bila mengeluarkan material berupa abu vulkanik yang akan dibagi rata ke segala penjuru mata angin. Siang itu, 11 Januari 2015, ke arah barat. Lain hari akan ke barat daya dan arah lain sebagaimana Bromo yang berbagi “berkat” dengan merata. Abu vulkanik bagi Suku Tengger merupakan berkat bingkisan dari Bromo untuk menyuburkan tanah di sekitarnya. “Saya menanam kentang, ya semuanya rusak. Tapi masih ada bawang daun yang ditanam di sela-sela kentang, masih bisa dipanen,” tambah Martolo. Ada 3 jenis sayuran yang ditanam di masyarakat sekitar Bromo yaitu kentang, kubis, dan bawang daun. Saat abu vulkanik mengguyur tanah pertanian, hanya bawang daun yang masih bisa dipanen, lainnya tertimbun abu dan mati. Bawang daun tidak menampung abu karena bentuk daunnya yang runcing dan licin, sehingga abu turun ke bawah. Begitulah, ada kepercayaan bila Bromo “sedang bekerja”, tidak boleh diganggu. Menurut Martolo, tak perlu mengeluh. Masih ada yang tetap bisa dilakukan seperti biasa. “Biasanya juga melakukan sesaji, untuk mengirim doa keselamatan pada leluhur,” kata Martolo. Sesaji ini dilakukan bila Bromo erupsi, bertujuan untuk mendoakan para leluhur dan memohon keselamatan bagi penduduk. Sesaji ini dikirim untuk persembahan kepada Bromo agar lebih tenang. Kepercayaan masyarakat Bromo terhadapap gunungapi sama halnya dengan kepercayaan masyarakat Jawa pada masa lampau, bahwa gunungapi merupakan kekuatan. Hubungan religius antara masyarakat, kkhusunya suku Tengger dengan gunung api sudah terjalin sejak zaman kuno. Bahkan menurut Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa Silang Budaya 1996, pemujaan terhadap gunung api ini jauh sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Jawa. Hubungan itu terus terjalin, hingga kejayaan Kerajaan Majapahit. Legenda masyarakat Tengger yang percaya sebagai leluhur mereka dari Rara Anteng dan Jaka Seger dari Majapahit masih melestarikan ritual tersebut yakni dengan upacara Kasada. Upacara ini menjadi daya tarik para wisatawan untuk datang pada tanggal 14 bulan ke-10 kalender Jawa. Merupakan ritual Hindu Tengger yang berpusat di sekeliling Gunungapi Bromo. Puncak dari acara dengan melempatkan hasil bumi sebagai persembahan ke kawah Gunung Bromo. Bila terjadi erupsi seperti sekarang, wisatawan pun masih bisa datang untuk menyaksikan erupsi Bromo. Memang tidak boleh mendekati ke lautan pasir, apalagi ke kawah. Jarak aman radius 2,5km dari kawah. Gunung Penanjakan merupakan salah satu alternatif untuk menikmati Bromo, menikmati matahari terbit, dan juga melihat view Bromo. View matahari terbit merupakan daya tarik Bromo sejak masa silam. Sebagaimana dicatat oleh James R. Rush dalam buku Jawa Tempoe Doelo, 650 Tahun Bertemu Dunia Barat Komunitas Bambu, 2013, John Whitehead, ornitholog yang melakukan pendakian ke Bromo pada tahun 1880-an demi memburu pemandangan matahari terbit “merah darah”. “Saya tadi pagi ke sana. Sebelum matahari terbit. Menakjubkan,” kata Silvi, salah satu wisawatan dari Italia yang datang ke Bromo akhir Desember 2015. Ia bersama kawannya, Martha datang untuk mengunjungi Bromo, Ijen, dan kemudian ke Pulau Bali. Erupsi tidak terdaftar dalam perjalananan. Tetapi itu menjadi kejutan yang menyenangkan. Dengan mata berbinar penuh ketakjuban ia mengagumi erupsi Bromo, sebuah aktivitas berbahaya yang bisa disaksikan di depan mata. Berlama-lama ia menyaksikan erupsi ini dari depan hotel yang menghadap view Bromo. !break!Panorama desa yang tak jauh dari Kaldera Bromo. Tanah-tanah pertanian yang awalnya hijau dengan aneka sayuran sekarang berubah menjadi kelabu karena tertutup abu vulkanik akibat letusan Gunung Bromo. Titik Kartitiani Daya tarik Bromo yang tak ada di tempat lain adalah adanya kawah di tengah kawah. Ketika naik ke puncak dengan ketinggian mdpl, maka akan terlihat kawah selebar 100km dengan bagian tengah masih mengepulkan asap sebagai kawah yang aktif. Puncak Bromo ini terdapat di kawasan Kaldera Tengger yang memuat 5 gunung, yaitu Gunung Mungal Gunung Batok Gunung Widodaren Gunung Iderider mdpl, dan Gunung Bromo itu sendiri. Masing-masing kisah pembentukannya merupakan kisah geologi yang menarik untuk dicermati. Komplek Kaldera Tengger selebar 16km ini diperkirakan dibentuk secara bertahap, sekitar 2 juta tahun silam, erah zaman Pleistosen akhir dan Holosen awal. Rekam Jejak Aktivitas Bromo Menurut pantauan Pos Pengamatan Gunungapi Bromo di Dukuh Cermoro Lawang, Desa Ngadisari, aktvitas Bromo terekam mulai meningkat pada Bulan Oktober 2015. Kemudian ditetapkan Siaga pada tanggal 4 Desember 2015 hingga kini. Menurut M. Syafei, pengamat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG, Bromo, tidak bisa dipastikan sampai berapa lama aktivitas Bromo berlangsung. Terakhir terpantau erupsi Bromo pada tahun 2010. Erupsi berlangsung selama 7 bulan. Dalam ingatan Martolo, letusan besar sampai ia mengungsi, terjadi pada tahun 1980-1982, karena terjadi lemparan batu. Badan Geologi mencatat bahwa letusan-letusan kecil yang menjadi puncak aktivitas Bromo pada 21 Juni 1980 sebanyak 2-3 kali letusan per menit. Letusan besar terjadi 2-3 menit menyemburkan abu, pasir, dan bongkahan lava dengan garis tengah sampai 1-1,7m. Bongkahan ini menyebar di sekitar bibir kawah bagian luar, sedangkan penyebaran abu ke arah barat laut sejauh lebih kurang 5km di daerah Tosari. Lemparan material berdiameter 10-25cm mencapai jarak di kaki Gunung Batok. Tercatata juga, pada tanggal 11-14 Juli, terjadi peningkatan lagi berupa semburan asap berwarna hitam dengan ketinggian mencapai di atas kawah, menyebabkan hujan abu di Ngadisari yang jaraknya 5km. Peristiwa inilah yang menyebabkan Martolo dan warga desa sempat mengungsi. Sedangkan erupsi terakhir pada tahun 2010-2011 tidak sampai mengungsi, walau gemuruh terdengar lebih keras dari sekarang. Juga hujan abu vulkanik lebih tebal. Tanggal 23 November 2010 ditetapkan di level III Siaga. Pada sore harinya, pukul WIB dinaikkan menjadi level IV awas ketika terjadi letusan lebih besar dengan ketinggan asap 400-800m. Erupsi pada periode ini mencapai 7 bulan, sampai aktvitas Bromo normal kembali. Bila kondisi normal, tinggi asap antara 50-100m dari kawah dan berwarna putih. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
awal mula gunung bromo